Rabu, 11 Desember 2013

Menunggu Hujan Reda (Desember: ERK) #Flash Fiction

"Sampai nanti ketika hujan tak lagi
Meneteskan duka meretas luka
Sampai hujan memulihkan luka"

Kudengar nyanyian penikmat hujan. Syahdu. Beradu bersama semilir angin yang membuatku semakin merindu. Seandainya aku sempat menyapa derasnya hujan, kupikir aku akan merasa nyaman walaupun belum ada kesempatan untuk mencobanya.

Bumi basah, berderai air hujan yang jatuh ke tanah seperti juru ketik yang menghentak riuhkan mesin tik tuanya dengan ke sepuluh ujung jari yang nampak datar. Sepertinya indah bila hujan membasahi aku sedikit saja. Bosan hanya mengintipmu saja dari sini.

Awan hitam cukup sinis menggodaku. Berharap angin berpihak padaku dan membawa lari kegelapan di sisi semesta.

Aku selalu suka sehabis hujan, kataku. Tapi kamu tak pernah percaya aku ada. Bagian mana lagi yang kamu tak percayai. Sedangkan aku begitu setia menunggu hujan reda.

Tunggulah beberapa saat lagi aku akan di sana. Saksikanlah kedatanganku lalu hitung berapa jumlah warnaku. Tak ada yang berbeda, semua sama sejak Tuhan menciptakan aku ada di antara semesta.

Oh ya, aku lupa bahwa hujan tak pernah menunggu aku, pelangi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar